Rabu, 09 September 2009


  • UJI MOST PROBABLE NUMBER (MPN) Coliform
     PADA PENGELOLAAN AIR MPSDH “TIRTO DARMO”  
    DI DESA GENILANGIT PONCOL MAGETAN


    Oleh :
    AGUNG DWI PRASETYO
    NIM. 04.378


    AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
    (AKAFARMA) SUNAN GIRI PONOROGO
    2007


    ABSTRAK
    Uji Most Probable Number (MPN) Coliform Pada Pengelolaan Air MPSDH “TIRTO DHARMO”di Desa Genilangit Poncol Magetan. (Agung Dwi Prasetyo,2007)

    Akademi Analis Farmasi dan Makanan Sunan Giri Ponorogo
    Pembimbing I : Dr. H. Achmad Soenarno
    Pembimbing II : Devita Yudhayanti, Amd


    MPN Coliform, Air MPSDH, Metode Angka Paling Mungkin / MPN

    Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari peranan air.
    Angka Paling Mungkin/ Most Probable Number (MPN) Coliform adalah nilai duga terdekat bakteri Coliform dalam tiap 100ml sampel yang diperiksa
    MPSDH “TIRTO DARMO” adalah suatu kepengurusan swadaya masyarakat yang bersama-sama dengan cara gotong royong melakukan pengolahan air bersih untuk dikonsumsi masyarakat sekitar wilayah desa Genilangit dan sekitarnya.
    Pemeriksaan MPN Coliform perlu dilakukan karena adanya kontaminasi bakteri Coliform menandakan bahwa air bersih tersebut kurang memenuhi syarat. Karya Tulis ini bertujuan untuk mengetahui jumlah angka MPN Coliform pada air bersih dari mata air setempat. Karya Tulis ini disusun berdasarkan studi dan hasil penelitian di laboratorium hayati AKAFARMA Sunan Giri Ponorogo.
    Dari hasil penelitian didapatkan jumlah angka MPN Coliform pada air bersih hasil pengelolaan MPSDH “TIRTO DHARMO” adalah 445 /100ml. MPN Coliform tersebut memenuhi persyaratan sesuai dengan PERMENKES RI No.173/MENKES/PER/VII/77 yaitu maksimum diperbolehkan terdapat 2000/100ml sampel yang diperiksa.


    BAB I
    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang
    Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat di tinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air di perlukan untuk berbagai macam kegiatan seperti kegiatan sehari hari, pertanian, industri, perikanan, dan rekreasi. Hampir 70% dari berat badan manusia terdiri dari air. Selain itu air merupakan komponen penting kedua setelah oksigen. Manusia dapat bertahan hidup tanpa makan untuk beberapa minggu, tapi akan bertahan beberapa hari tanpa minum. Dehidrasi akan lebih cepat menyebabkan kematian daripada kelaparan. (Poedji,Anna. 1994)
    Air meliputi 70% dari permukaan bumi, tetapi banyak negara persediaan air dalam jumlah yang sangat terbatas. Bukan hanya jumlahnya yang penting, tetapi juga mutu air di perlukan untuk penggunaan tertentu, seperti air yang cocok untuk kegiatan industri atau untuk di minum. Oleh karena itu penanganan air tertentu biasanya di perlukan untuk persediaan air yang di dapat dari sumber di bawah tanah atau sumber-sumber di permukaan. 
    Pada umumnya masyarakat Indonesia memanfaatkan air dari mata air untuk memenuhi kebutuhan mereka. Khususnya penduduk yang berada di daerah pegunungan. Sering kali kita beranggapan bahwa air yng kita konsumsi bersih dan sehat. Kita tidak sadar bahwa air yang berasal dari mata airpun juga bisa tercemar kususnya dalam pengelolaan dan pendistribusiannya.
    Air yang bermutu sangat baik bila memasuki sistem distribusi mungkin mengalami kerusakan sebelum sampai pada kran konsumen. Kerusakan ini dapat terjadi dalam sistem distribusi dari sediaan air yang telah di beri klorin dan dimana sedikit sekali atau tidak ada sisa Chlorine di dalam air yang sampai pada konsumen seperti dalam sistem distribusi air yang tidak di cuci hamakan. Organisme Coliform dapat masuk ke dalam air dari sistem distribusi dari pompa-pompa booster, dari pengepak yang di gunakan untuk menghubungkan pipa-pipa utama atau dari pipa pencuci di kran-kran umum. Selain itu , air dalam sistem distribusi dapat tercemar dari luar, misalnya melalui hubungan silang, terowongan balik, tandon air dan tangki air yang rusak, hidran atau tempat pencucian yang rusak atau melalui perbaikan yang kurang baik pada sistem pipa-pipa kran rumah. Meskipun organisme Coliform yang berasal dari kran pencuci atau bahan penyambung pada pipa utama mungkin sedikit artinya dari segi kesehatan, masuknya pencemar dari luar ke dalam air dalam sistem distribusi setidak tidaknya sama bahayanya dengan distribusi dari air yang kotor secara aslinya dan tidak di tangani dengan secukupnya (Edwards, 1987).
    Krisis moneter tahun 1998 ternyata membawa dampak yang sangat besar bagi semua penduduk di Indonesia, dalam hal ini rakyat kecil dengan ekonomi lemahlah yang banyak merasakan akibatnya. Khususnya masyarakat di daerah pegunungan dan pedesaan 
    Di karenakan proses, beban dan pembayaran air PAM yang mahal dan di tambah lagi pelayanan yang tidak memuaskan dari pihak PDAM akhirnya penduduk memilih untuk mengolah air secara swadaya dengan cara gotong royong dengan semua biaya pengelolaan di tanggung bersama, sehingga biaya bulanan dan perawatan dapat di tekan seminimal mungkin.
    Tetapi selain banyak faktor positif juga ada faktor negatif yang menyertai misalnya pada pengolahan tidah di antihamakan dan tidak di beri clhorin, jumlah mikroba dalam air tidak terkontrol dan tidak melibatkan dinas terkait, distribusi air melalui pipa yang tidak memadai karena kondisi pipa yang kurang kuat (tidak menggunakan pipa besi). Jika hujan tiba sering terjadi kerusakan pipa distribusi di karena pecah/putus terkena arus sungai atau tertimbun batu. Air yang sampai ke konsumen menjadi kotor bercampur lumpur bahkan hewan-hewan kecil sering masuk ke dalam pipa, jadi kemungkinan air tersebut terkontaminasi mikroba yang terbawa bersama kotoran sangat besar. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui ada tidaknya mikroba/bakteri dalam air yang di konsumsi masyarakat kususnya masyarakat di desa Genilangit dan sekitarnya.
    Sebagai indikator pencemaran air biasanya di tandai dengan adanya bakteri Coliform misalnya Escherichia coli. Kehadiran bakteri tersebut dalam contoh air menunjukan adanya pencemaran yang berasal dari kotoran manusia atau hewan. Hal ini di anggap identik dengan adanya bakteri patogen. Dengan di lakukan penelitian mikroorganisme dalam air yang di konsumsi masyarakat, kita dapat menentukan apakah air yang di konsumsi layak untuk di gunakan atau tidak.

    B. Rumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang di atas, dapat di tarik rumusan masalah apakah air yang di gunakan warga selama ini memenuhi syarat bakteri Coliform sesuai dengan standar kualitas air bersih (PERMENKES RI No.173/MENKES/PER/VIII/77) ?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah bakteri Coliform / 100ml sampel pada air bersih yang di kelola oleh Masyarakat Pengelola Sumber Daya Hutan (MPSDH) “TIRTO DHARMO” di desa Genilangit Poncol Magetan dengan memakai metode MPN (Most Probable Number). 
    D. Kegunaan Penelitian
    1. Bagi Masyarakat
    Masyarakat dapat mengetahui apakah air yang mereka gunakan selama ini terkontaminasi bakteri Coliform.
    2. Bagi Pemerintah setempat
    Mengetahui seberapa besar tingkat pencemaran air khususnya padapengolahan air swadaya Masyarakat Pengelola Sumber Daya Hutan (MPSDH) “TIRTO DHARMO” yang ada di desa Genilangit Poncol Magetan dan sekitarnya.
    3. Bagi pengurus MPSDH
    Dapat menjadi tolok ukur kandungan bakteri Coliform dalam air yang di kelola dan di distribusikan pada masyarakat.
    4. Bagi Lembaga Pendidikan AKAFARMA Sunan Giri Ponorogo
    Masyarakat dapat mengetahui kompetensi mahasiswa-mahasiswa AKAFARMA dan paling tidak masyarakat setempat mengetahui keberadaan AKAFARMA Sunan Giri Ponorogo.
    5. Bagi Penulis
    Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang di peroleh selama pendidikan.

    E. Ruang Lingkup Penelitian
    Penelitian ini terbatas pada analisa bakteri Coliform pada pengolahan air MPSDH (Masyarakat Pengelola Sumber Daya Hutan ) di desa Genilangit Poncol Magetan dan penelitian ini menggunakan metode MPN (Most Probable Number) 

    BAB II
    KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS


    A. Kajian Pustaka
    1. Tinjauan Tentang Air
    1.1 Definisi Air
    Air merupakan sesuatu yang esensial bagi berlangsungnya kehidupan. Makhluk hidup tidak akan bertahan hidup tanpa adanya air.
    1.2 Peranan Air
    Air merupakan kebutuhan yang tidak dapat di tinggalkan bagi kehidupan manusia, karena air di gunakan untuk bermacam-macam kegiatan misalnya minum, makan, mencuci, pertanian industri, perikanan, rekreasi dan juga pembangkit listrik. Bagi tubuh manusia, air merupakan materi penting karena jika tubuh kehilangan cairan maka akan berakibat buruk bagi manusia seperti dehidrasi dan kematian.
    1.3 Sumber Air
    Berdasarkan asalnya sumber air dapat dibedakan sebagai berikut :
    a. Air Hujan/ Air Angkasa
    Air hujan sebagian besar berasal dari penguapan air laut, dan sebagian kecil berasal dari penguapan air tanah dan pepohonan. Penguapan terjadi karena adanya panas matahari. Uap air tersebut terkumpul di angkasa sebagai awan kemudian jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan membawa serta mikroorganisme debu, gas, serta kotoran yang ada di angkasa. Air hujan akan lebih tercemar ketika tiba di tanah dan tercampur dengan sampah, kotoran baik hewan maupun manusia. Air hujan yang jatuh ke tanah biasanya akan meresap ke dalam tanah, tetapi ada juga yang menggenang di atas tanah tergantung pada struktur tanah. 
    b. Air Permukaan
    Air permukaan disebut juga air badan air yaitu air yang berasal dari tempat wadahyang berada di atas permukaan daratan yang terisi dan atau menghasilkan air, yaitu rawa, danau, sungai, waduk dan saluran air (Permenkes RI No.173/Men,Kes/Per/VIII/77).
    c. Air Tanah
    Air tanah merupakan sumber air bersih yang banyak di gunakan. Berbagai macam cara untuk memperoleh air tanah di antaranya dengan sumur pompa, sumur bor, mesin diesel, sumur gali. Diantara cara-cara tersebut sumur gali adalah yang paling banyak di gunakan. Khususnya di daerah pedesaan. Selain biayanya relatif murah, biasanya masyarakat desa memanfaatkan sumur gali yang sudah ada yang merupakan peninggalan leluhur mereka. Selain sumurgali untuk masyarakat di daerah pegunungan memanfaatkan mata air untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk masa sekarang ini air dari mata air di alirkan melalui pipa dan di distribusikan sampai ke tempat yang jauh. Menurut R.A. EDWARD air yang melalui sistem distribusi di bagi menjadi 2 macam :
    (a). Persediaan air yang telah diberi Chlorine atau yang telah di suci hamakan dengan cara lain. Penanganan secara efisien secara maksimal, dengan cara pemberian Chlorine atau cara-cara penyuci hamaan yang lain harus menghasilkan air yang bebas dari organisme Coliform, bagaimanapun kotornya air mentah aslinya. Dalam praktek, ini berarti bahwa seharusnya tidak boleh terdapat organisme Coliform dalam setiap 100 ml contoh. Suatu contoh dari air yang memasuki sistem distribusi dan tidak memenuhi standart tersebut perlu segera di teliti baik mengenai efisiensi proses, penjernihannya, maupun cara-cara pengambilan contoh 
     (b). Persediaan air yang tidak di suci hamakan. Dimana terdapat persediaan air jenis ini, maka air yang memasuki sistem distribusi tidak di anggap memuaskan kalau mengandung E. coli dalam 100 ml. Kalu E.coli tidak ada, adanya tidak lebih dari tiga organisme Coliform per 100 ml dapat di tolerir dalam beberapa contoh persediaan air pipa yang tidak di suci hamakan, asalkan contoh-contoh itu telah sering di uji secara teratur dan daerah pengambilan serta kondisi penyimpanan cukup memuaskan.
    1.4 Syarat-syarat Air Minum
    a. Syarat Fisik, meliputi :
    1. Warna : Tidak boleh Berwarna
    Nilai batas warna harus ditentukan pada 300 unit, dengan dasar bahwa nilai yang kurang dari 300 unit menunjukan mutu yang dapat diterima untuk diolah dan berapapun diatas 300 unit menunjukan bahwa mungkin diperlukan pennganan khusus untuk menyediakan air yang memenuhi standar air minum.
    2. Rasa : Tidak Berasa
    3. Bau : Tidak berbau
    4. Suhu : Pada keadaan normal suhu sama dengan  
      suhu lingkungan
    5. Kekeruhan : Air yang di gunakan untuk air minum tidak 
      boleh keruh/harus jernih.
    Mengenai kekeruhan, tidak diberikan angka-angka khusus, karena soal kekeruhan dan penanganannya yang diperlakukan harus ditentukan untuk masing-masing keadaan dan tidak dapat diberikan batasan umum (K.A. Edward dkk,1987).
    b. Kriteria Radiologis
    Radioaktivitas di dalam air minum harus dijaga sekecil mungkin, jadi sisa-sisa radioaktif tidak boleh ada sama sekali di dalam sumber-sumber yang digunakan untuk persediaan air minum
    c. Syarat Kimia
    Berhubungan dengan adanya senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam air. Keberadaan senyawa senyawa tersebut dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik air seperti rasa, warna, bau dan kekeruhan. Sehingga dapat menurunkan kualitas air.
    Analisa kimiawi dalam pengujian persediaan air sangat berguna dalam banyak hal. Sehubungan dengan persediaan air melalui pipa, perhatian banyak di tujukan pada pencarian dan perkiraan adanya bahan-bahan kimia yang bersifat racun dan beberapa bahan yang dapat menimbulkan kesulitan dalam penyediaan air pipa (piped water).
     (K.A. Buckle dkk,1987)
    d. Syarat Bakteriologik
    1.5 Kehadiran bakteri dalam air menandakan bahwa air tersebut terkontaminasi. Mikroorganisme dalam air seringkali menjadi penyebab wabah penyakit terutama mikroorganisme yang bersifat patogen. MPSDH
    a. Pengertian MPSDH
    Seperti yang telah banyak di sebutkan di atas bahwa sampel yang akan di analisa berasal dari air hasil pengelolaan dan pengolahan organisasi swadaya Masyarakat Pengelola Sumber Daya Hutan (MPSDH) “TIRTO DHARMO”, bekerjasama dengan PERUM PERHUTANI KPH LAWU DS sebagai pemilik wilayah yang mata airnya digunakan masyarakat juga sebagai pemberi ijin dan pembimbing berjalannya organisasi ini. Dalam pengelolaannya bersifat gotong royong dan di laksanakan dengan sistem arisan. Jadi setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam pelaksanaannya, dengan cara ini kebutuhan-kebutuhan bersama yang menyangkut pengadaan, perbaikan dan perawatan di rembug bersama mulai dari biaya dan tenaga yang akan di gunakan. Keputusan-keputusan penting yang akan di ambil demi kebaikan bersama dan di lakukan dengan cara musyawarah.( PKS KPH LAWU DS. Dg MPSDH)
    Keanggotaan organisasi ini bersifat suka rela, tidak memaksa kepada seluruh warga masyarakat desa. Kadang-kdang ada sebagian warga yang menggunakan air dari PDAM dan juga menggunakan pengolahan air swadaya ini, alasan penggunaannya seperti disampaikan pada pendahuluan diatas.
    Keanggotaan MPSDH sendiri sekarang sudah mencapai 2000 KK Kepala Keluarga yang terbagi menjadi empat desa ( PKS KPH LAWU DS. Dg MPSDH)
    b. Perjanjian Kerjasama Antara Masyarakat Dengan PERHUTANI KPH LAWU DS.
    PIHAK PERTAMA (Administratur KKPH LAWU DS.) dan PIHAK KEDUA (LMDH “TIRTO DARMO”) telah bersepakat untuk mengikatkan diri dalam perjanjian kerjasama tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan (PHBM) pada kawasan hutan di wilayah RPH Genilangit seluas 117,0 Ha teermasuk PKPH lawu selatan KPH Lawu Desa (daftar petak-petak terlampir), yang secara administratur memerintahkan masuk wilayah wengkon desa Genilangit Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :

    KETENTUAN UMUM
    Dalam perjanjian kerjasama ini yang dimaksud dengan :
    1. Pengelolaan hutan bersama masyarakat yang selanjutnya di singkat dengan PHBM adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang di lakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan(Stake Holder) dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan dapat di wujudkan secara optimal dan proporsional
    2. Desa Hutan adalah wilayah desa yang secara geografis dan administratif berbatasan dengan wilayah hutan atau di sekitar kawasan hutan 
    3. Berbagi adalah pembagian peran antara Perhutani dengan Masyarakat Desa Hutan atau Perhutani dengan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan dalam pemanfaatan lahan (tanah dan atau ruang), dalam pemanfaatan waktu dan pengelolaan kegiatan 
    4. Perum Perhutani adalah badan usaha milik negara yang di tetapkan berdasarkan peraturan Pemerintah No. 30 tahun 2003 dengan nama perusahaan umum (Perum ) Perhutani  
    5. Administratur adalah administratur / KKPH Perum Perhutani KPH Lawu Ds.
    6. Pihak yang berkepentingan (Stake Holder) adalah pihak di luar Perum Perhutani dan masyarakat Desa Hutan yang mempunyai perhatian dan berperan mendorong proses optimalisasi serta berkembangnya pengelolaan sumber daya hutan bersama masyarakat, yaitu pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga ekonomi masyarakat, lembaga sosial masyarakat , usaha swasta, lembaga pendidikan, dan lembaga donor (PKS Perhutani dgn MPSDH,pasal 1).
    MAKSUD DAN TUJUAN
    Maksud dan tujuan kerjasama ini adalah :
    1. Terbentuknya sistem pengelolaan hutan yang dapat menjamin kelestarian sumber daya hutan dan ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama yang berada di sekitar kawasan hutan 
    2. Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarkat dalam menjaga keamanan dan kelestarian sumber daya hutan 
    3. Memberikan jaminan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang terlibat perjanjian kerjasama ini 
    c. Dasar Hukum
    1. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah
    2. Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan
    3. Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2002 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemenfaatan hutan dan penggunaan hutan 
    4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2003 tentang perusahan umum kehutanan negara (Perum Perhutani)
    5. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188 / 222 / KPTS/ 013 /2001 tentang forum komunikasi Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Propinsi Jawa Timur
    6. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 193/ KPTS / DIR / 2001 tentang transformasi menuju Perhutani Masa Depan 
    7. Keputusan Direktur PT. Perhutani (Persero)Nomor 001 / KPTS / DIR/ 2002 tanggal 2 Januari 2002 tentang pedoman berbagi hasil hutan kayu
    8. Keputusan Kepala Perum Perhutani unit II Jawa Timur Nomor 285 / KPTS / II / 2004 Tanggal 27 April 2004 tentan petunjuk pelaksanaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyaraka
    d. Lokasi
    LOKASI KERJASAMA MPSDH DENGAN PERHUTANI
    (PKS,LOKASI,Pasal 4).
    2. Tinjauan Tentang Coliform
    2.1 Definisi Coliform
    Suatu group bakteri yang di gunakan sebagai indikator adanya populasi kotoran dan kondisi sanitasi yang kurang baik terhadap air, makanan, susu dan produk susu.
    Adanya bakteri Coliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi manusia. Bakteri Coliform di bagi menjadi dua :
    a. Coliform Fekal
    Misalnya Escerechia Coli 
    b. Coliform non Fekal
    Misalnya Enterobacter Aerogenes
    Eescerechia Coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia sedang Enterobacter Aerogenes biasanya di temukan pada hewan atau tanaman yang telah mati.
    Jenis mikro organisme ini sering di jumpai pada alat-alat pencemaran hewan dan burung, baik yang sudah di ternakkan atau yang masih liar. Tempat di perolehnya jenis organisme yang terbanyak yang sehubungan dengan suplay bahan pangan manusia adalah sapi, domba, babi dan ayam (Edwards,1987).
    Kuman Coliform merupakan segolongan besar dan heterogen kuman-kuman batang gram negatif yang dalam batas-batas tertentu mirip Escerechia Coli. Disamping Escerechia Coli yang berasal dari saluran pencernaan, golongan-golongan organisme berikut sering di masukkan dalam “Coliform” (Fardiaz,1993).

    Golongan Klebsiella – Enterobacter – Serratia :
     Klebsiella Pneumoniae, yang khas semula di kenal kuman patogen bagi pernafasan, sekarang sering di temukan pada infeksi-infeksi saluran pernafasan, dan saluran air kemih di rumah sakit. Kuman ini di tandai pertumbuhan mukoid, kapsul polisakarida yang besar dan tidak bergerak
     Enterobacter Aerogenes, Sering dapat bergerak, pertumbuhan yang kurang mukoid, mempunyai kapsul kecil, di temukan hidup bebas dalam saluran pencernaan, saluran air kemih dan pada septis
     Serratia Marcoscens, Batang kecil gram negatif, hidupnya bebas, dapat menghasilkan pigmen merah kuat dalam biakan , Serratia biasanya meragikan laktosa sangat lambat. (Ryadi,1984)
    2.2 Ciri Organisme
    Kuman Coliform adalah kuman batang pendek gram negatif yang dapat membentuk rantai. Pembiakan yang tidak cocok terjadi dalam bentuk filamen panjang. Kapsul jarang ada pada E. Coli, lebih sering pada Enterobacter. Berbentuk besar dan teratur pada Klebsiella Pergerakan terdapat sebagian besar strain E.Coli dan beberapa strain Enterobacter. Pergerakan tidak ada pada Klebsiella.
    2.3 Biakan
    E.Coli membentuk koloni bulat konveks, halus dengan pinggir-pinggir yang nyata. Koloni Enterobacter sama tetapi sedikit lebih mukoid. Koloni Klebsiella besar, sangat mukoid dan cenderung bersatu pada pengeraman yang lama.

    2.4 Sifat-sifat pertumbuhan
    E.Coli dan Enterobacter memecahkan banyak karbohidrat dengan membentuk asam dan gas E.Coli menghasilkan CO2 dan H2.
    Tes-tes khusus (IMVIC) yang di pergunakan untuk differensiasi E.Coli dan E.Aerogenes :
    a. Tes indol E.Coli menghasilkan indol pada kaldu yang mengandung triptofan
    b. Test Merah Metil. Tes ini menunjukan pH biakan pada kaldu glukosa 0,5% setelah 4 hari pada 370C. Bila pH di bawah 4,5 merah metil positif.
    c. Reaksi Voges Proskaver, tergantung pada pembentukan asetil metil karbinal dari dekstrosa. Dengan adanya Alkali, zat ini di oksidasi menjadi diasetil dan memberikan warna merah muda (khususnya Enterobacter)
    d. Tes Sitrat, mempergunakan natriun sitrat sebagian sumber tunggal karbon (organisme hidup bebas)
    2.5 Patogenesis dan Patologi
    Kuman Coliform merupakan sebagian besar flora erobik usus normal. Di dalam usus, umumnya kuman ini tidak menyebabkan penyakit dan malahan dapat membantu fungsi normal dan nutrisi, organisme ini menjadi patogen bila mencapai jaringan di luar saluran pencernaan.
    E.Coli dapat menyebabkan penyakit diare dengan 2 mekanisme yang nyata. Klebsiella Pneumoniae terdapat dalam saluran pencernaan dan dalan tinja dari kira-kira 5% orang normal dan adalah penyebab sebagian kecil(kira-kira 0,3%) Pneumonia oleh kuman.


    2.6 Epidemi,Pencegahan dan Pengawasan
    Kuman Coliform merupakan normal saluran pencernaan, beberapa hari setelah lahir dan sejak itu merupakan bagian utama Coliform jasad renik erobik normal dari tubuh. E.Coli adalah suatu prototipe. Ditemukannya Coliform dalam air atau susu di terima sebagai bukti adanya kontaminasi tinja. Adanya spesies Escerechia atau Enterobacter atau “intermediate”nya dalam jumlah besar dalam air minum menunjukan adanya kontaminasi permukaan.
    Tindakan pengawasan tidak mudah di lakukan pada flora endogen normal. Erotipe enteropatogenik E.Coli dan kuman “parakalon” harus di awasi seperti Salmonella. Coliform merupakan masalah pokok infeksi rumah sakit saat ini. Yang penting untuk di ketahui adalah bahwa banyak kuman koliform gram negatif adalah “Kopartunis” yang dapat menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam penderita yang lemah dalam rumah sakit atau lembaga-lembaga lainnya. Kuman ini sering di tularkan oleh pegawai, alat-alat atau pengobatan perenteral. Pengawasan kuman tergantung pada cuci tangan, aseptis yang teliti, sterilisasi alat-alat, desimfeksi dan pengendalian perintah pengobatan intravena dan tindakan pencegahan yang teliti dalam mempertahankan saluran air kemih agar tetap steril (Jawest, Ernest dkk,1986). 


    3. Tinjauan Tentang MPN Coliform.
    Penghitungan Mikroorganisme Dengan Metode Angka Paling Mungkin (Most Probable Number = MPN).
    Metode penentuan angka mikroorganisme dengan metode Angka Paling Mungkin di gunakan luas di lingkungan sanitasi untuk menentukan jumlah kuman Coliform di dalam air, susu, dan makanan lainnya. Metode ini adalah metode statistik didasarkan pada teori kemungkinan. Serangkaian sampel diencerkan sampai titik akhir dimana tidak ada mikroorganisme hidup. Untuk mendapatkan titik akhir, serangkaian pengenceran di biakkan di dalam media pertumbuhan yang cocok dan perkembangan/perubahan sifat-sifat yang mudah di amati seperti pembentukan asam, atau kekeruhan di pakai untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri pada masing-masing tabung di sesuaikan dengan tabel indeks MPN untuk menentukan konsentrasi mikroorganisme di dalam sampel asli. Dan batas kepercayaan 95% untuk berbagai kombinasi hasil positif dan negatif pada penggunaan 3 tabung 10ml, 3 tabung 1ml, dan 3 tabung 0,1ml (Dr.Harmita,Apt.2005).

    B. Kerangka Pikir Penelitian



    Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN) untuk memeriksa jumlah bakteri Coliform per 100ml sampel pada pengolahan air minum Masyarakat Pengelola Sumber Daya Hutan (MPSDH) “TIRTO DARMO” di desa Genilangit Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan. Dari penelitian ini dapat di ketahui apakah air hasil distribusi MPSDH tersebut memenuhi persyaratan atau tidak. Sehingga air tersebut dapat di konsumsi tanpa adanya rasa takut akan adanya mikroorganisme yang berasal dari kotoran yang berasal dari sumber air maupun karena proses distribusinya. 

    C. Hipotesis
     Jumlah bakteri Coliform pada pengolahan Air MPSDH “TIRTO DARMO” di desa Genilangit Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan memenuhi persyaratan sesuai PERMENKES RI No. 173/MENKES/PER/VIII/77 

    BAB III
    METODE PENELITIAN

    A. Tehnik Pengambilan Sampel

    1.Populasi
    Populasi di ambil dari hasil pengelolaan dan pengolahan air MPSDH di desa Genilangit, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan
    2.Jumlah Sampel
    Jumlah sampel yang di gunakan adalah 3 botol masing-masing berisi ± 100ml air kran (Sampel) yang di ambil dari 3 tempat yang berbeda.
    3.Teknik
    Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan sampel secara Simple Random Sampling.

    B. Tehnik Pengumpulan Data

    1. Persiapan Alat dan Bahan
    Semua alat yang digunakan untuk penelitian secara mikrobiologis harus dalam keadaan steril.
    Alat: 
    1) Cawan petri
    2) Erlenmeyer
    3) Pipet Volume
    4) Batang pengaduk
    5) Tabung reaksi
    6) Tabung Durham
    7) Rak tabung
    8) Lampu spirtus
    9) Inkas
    10) Autoclave
    11) Inkubator
    12) Jarum ose
    13) Timbangan
    14) Beker glass
    Bahan :
    1) Air Pepton
    2) Alkohol 70%
    3) Medium Lactose Broth (LB)
    4) Medium Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB)
    5) Medium Endo Agar (EA)
    6) Spirtus
    7) Air Sampel

    2. Persiapan Sampel
    a. Sampel : Air hasil distribusi MPSDH
    Tanggal Pengambilan : -
    Pemerian : - Bentuk : Cair
      - Warna : -
      - Rasa : -
      - Bau : -
    b. Cara Pengambilan Sampel
    1) Botol Steril tidak boleh dibuka sebelum akan di gunakan untuk mengambil sampel dan tidak boleh di cuci dulu sebelum di isi sampel.
    2) Perekat pada tutup botol di buka
    3) Tutup di buka, di jaga agar jari-jari tidak menyentuh mulut botol atau permukaan tutup botol bagian dalam.
    4) Botol segera di isi dengan air dan tutup kembali seperti semula. Harus di beri rruang udara dalam botol agar populasi bakteri dalam udara disitu juga ikut campur dengan air
    5) Sampel dari kran :
    Buka tutup kran (kalau ada) bersihkan bagian luar dam dalam dari kran dengan di bakar api spirtus selama 10 – 15menit (untuk kran dari logam ) atau bisa di bilas dengan alkohol (untuk kran dari plastik) alirkan selama 2-3 menit sebelum mengisi botol penampung.
     
    3. Prosedur Kerja
    a. Uji Penduga
    1) Disiapkan 10ml medium Lactose Broth dalam 9 tabung reaksi, di dalamnya di masukkan tabung Durham secara terbalik
    2) Dimasukkan sampel ke dalam 9 tabung dan pengisian di bagi menjadi 3 kelompok
     Kelompok 1 : 3 tabung berisi 10ml LB ditambah 10ml sampel
     Kelompok 2 : 3 tabung berisi 5ml LB ditambah 1ml sampel
     Kelompok 3 : 3 tabung berisi 5ml LB ditambah 0,1ml sampel
    3) Kemudian di inkubasi dengan suhu 35-370C selama 24-48 jam
    4) Selain 9 tabung siapkan 3 tabung sebagai blanko dan hanya diisi medium
    5) Amati perubahan warna biakan serta adanya gas yang terbentuk di dalam tabung Durham.

    b. Uji Penguat
    1) Dari tabung yang positif pada uji penduga diambil 1 sengkelit dan diinokulasikan ke dalam 5 ml medium BGLBB pada tabung reaksi yang di dalamnya terdapat tabung Durham terbalik.
    2) Di inkubasi pada suhu 440C selama 24-48 jam
    3) Diamati apakah terbentuk gas atau tidak dan di data hasilnya
    4) Dari biakan yang menghasilkan gas diinokulasi pada medium Endo Agar dengan metode gores.
    5) Di inkubasi pada suhu 35-370C selama 24-48 jam
    6) Pada Endo Agar amati pertumbuhan koloni khas Coliform (merah kilap logam).
    C. Tehnik Analisa Data
    Setelah dilakukan analisa bakteri Coliform dalam sampel air dengan metode MPN, maka jumlah bakteri Coliform dapat dihitung dengan dicocokkan pada indeks tabel MPN. Kartena pengujian dilakukan secara duplo maka hasilnya di rata-rata.



    BAB IV
    HASIL PENGAMATAN

    A. DESKRIPSI SAMPEL

    1. Sampel I
    Jenis/Asal = Air Kran dari rumah penduduk dengan memakai  
      kran plastik
    Organoleptis:
     Warna = Bening
     Rasa = Tawar
     Bau = Tidak Berbau
    2. Sampel II
    Jenis/Asal = Air Kran dari rumah penduduk dengan memakai  
      kran logam
    Organoleptis:
     Warna = Bening
     Rasa = Tawar
     Bau = Tidak Berbau

    3. Sampel III
    Jenis/Asal = Air berasal dari bak penampung utama/primer
    Organoleptis:
     Warna = Bening
     Rasa = Tawar
     Bau = Tidak Berbau


    B. HIPOTESIS
    Dari hasil analisis data maka diperoleh hasil bahwa kontaminasi bakteri Coliform pada sampel memenuhi syarat sehingga hipotesa peneliti diterima, yaitu Jumlah bakteri Coliform pada pengolahan Air MPSDH “TIRTO DARMO” di desa Genilangit Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan memenuhi persyaratan sesuai PERMENKES RI No. 173/MENKES/PER/VIII/77

    C. KETERBATASAN PENELITIAN
    Penelitian ini terbatas pada pemeriksaan Angka Paling Mungkin/ Most Probable Number (MPN) Coliform pada pengolahan Air MPSDH “TIRTO DARMO” di desa Genilangit Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, untuk mempermudah pengamatan penelitian dan memaksimalkan hasil penelitian.

    BAB V
    PEMBAHASAN


    Dari hasil penelitian didapatkan jumlah bakteri Coliform per 100ml sampel adalah 455. Nilai Angka Paling Mungkin (MPN) yang didapat cukup besar karena sampel yang dipakai adalah air mentah dimana air merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Besarnya angka Angka Paling Mungkin (MPN) Coliform tersebut dimungkinkan dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah :
    1. Sifat alami air yang merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri
    2. Tidak adanya pengontrolan dari pihak terkait tentang kualitas mikrobiologik air yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat
    3. Dari pihak pengelola MPSDH sendiri kurang memperhatikan kualitas air yang di distribusikan, hanya mementingkan aspek bagaimana cara agar air dapat sampai pada konsumen.
    Pemeriksaan air terutama air untuk minum tidak hanya pemeriksaan MPN Coliform tetapi perlu dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lain misalnya pemeriksaan secara kimiawi .

    BAB VI
    PENUTUP


    A. Kesimpulan
    Dari hasil penelitian didapatkan jumlah bakteri Coliform per 100ml sampel adalah 455. Hasil MPN Coliform tersebut memenuhi persyaratan sesuai PERMENKES RI No. 173/MENKES/PER/VIII/77 yaitu maksimal diperbolehkan ada 2000/100ml sampel.

    B. Saran
    1. Sebaiknya pihak terkait memperhatikan kualitas air yang dikelola oleh MPSDH terutama disini adalah pihak PERHUTANI Lawu Ds dan KRPH Lawu Selatan yang memberi ijin secara langsung atau bekerjasama dengan Dinas Kesehatan. 
    2. Hendaknya masyarakat memperhatikan sanitasi lingkungan sekitar daerah dan pengelolaan dan daerah distribusi air yang mereka konsumsi.

    DAFTAR PUSTAKA



    Anonim. 1993. Dasar-dasar Pemeriksaan Mikrobiologi. Universitas Gajah Mada.
    Anonim. 2004. Perjanjian Kerjasama Antara PERUM PERHUTANI KPH Lawu DS Dengan Masyarakat Pengelola Sumber Daya Hutan. Madiun. MPSDH 
    Anonim. 2006. Fakultas Teknologi Pertanian Departemen Teknologi Industri Institut Pertanian Bogor. cdsapipb@indo.net.id
    Buckle, K.A., Edwards, RA. Wotton M, Fleet GH. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta : 
    Universitas Indonesia Press.
    Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PAU. IPB
    Harmita, Radji Maksum, Blumed M.2005. Buku Ajar Analis Hayati Edisi 2, Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia
    Jawest, Ernest, L. Metnisk, Joseph, A. Adelberg, Edward. 1986, Mikrobiologi untuk  
      Profesi Kedokteran, Jilid 6.
    Permenkes RI No. 173/MENKES/PER/VIII/1977.
    Ryadi, Slamet,Dr.1984. Pencemaran Air. Surabaya : Karya Anda



Tidak ada komentar:

Posting Komentar